Sering terdengar obrolan"konyol" tetapi sesungguhnya sangat menyentuh, "anda bekerjadimana ? lalu dijawab apa adanya "saya berkerja di tambang nikel"."Ohh, anda menjual tanah air ya? Sama sekali saya buta dan tuli soalrejeki dan idealisme mencarinya. Boro-boro bekerja cerdas, lulus dari kampus saja dengannilai pas-pasan kalau tidak disebut memelaskan. Nilai rata 2,74 bukan nilaiyang mendecakkan, apalagi diacungkan jempol. Di Jurusan Ilmu Komunikasi MassaProgram Hubungan Masyarakat, nilai itu sungguh terpaksa diterima akal. Tapibegitulah adanya. Saya hanya bisa lulus semata-mata karena kelamaan di kampus,kata teman gak jelas kesibukannya. Ya, sudahlah, hidup harus berjalan, dan lalu sayaberada disini, di kolom pekerjaan tertulis buruh pertambangan kecildengan status gak jelas, pula. kata kawan saya hampir setiap saat.
Seyogyanya,industri pertambangan mampu menyaingi industri lain sebagai motor ekonomi danpenggerak pembangunan. Aneh ya? Ya begitulah. Agak aneh bahkan sangat aneh kalau gak dikatakan ajaib. Industri pertambangan tidak sesekali dapat diandalkan memperbaiki sistem kehidupan negara dan rakyat Indonesia. Dengn logika rugi laba yang semua orang tau, sektor industri pertambangan bukan apa-apa bagi APBN dan cadangan devisa negara. Ini justru menjadisemacam aib jika merujuk pada ideologi aktivis lingkungan hidup. “Koq ente-ente malah ngobok-ngobok hutan seh, kagak ada hasil ! Kata kawan saya yang getol perjuangkan hutan dan vegetasi agar selamat dari kemusahan. Bahkan kelaparan melandapunmungkin dia gak peduli, daripada hutan ditempati orang buka kebon dan tanamsingkong atau padi, karena dia sudah ada alasan yang modern.
Saya sangat mendukung lingkunngan hidupyang hijau, menjamin siklus ketersediaan air, dan udara yang segar bagi manusia dan pertanian. Tetapi saya gak mampu lagi bertani, berburu dan hidup dari rotan dan mencari gaharu. Biaya sekolah anak-anak gak ke-uber, harga-harga kian menggila dan tentu anda punya catatan yang lebih komplit dan logis - bagi saya tentu catatan itu dramatis. Bayangkancengkeh ayah saya ditebangin untu dijadikan kebun kedelai, dan kedelainyapun gak bisa tumbuh bagus. Kami sempat gak bayar SPP karena gagal panen yang panjang.Maksud saya gak ada pemasukan yang cukup lama dari hasil kebun. Lha, koq inikemana-mana sih. Tapi, ya begitulah problemnya - sekalipun bukan sebuah alasan kemudian hutan diterjang sembrono, saya tidak pernah setuju.
Yasudahlah, anggap ini banyakin hurup ditulisan ini agar blog nya diangap aktif. Sumpah situs Bloggratis bukan punya orang indonesia lho, kita memang kerjanya cumin nompangbeken doang !
Sektor pertambangan pada setiap case baik tambang skala kecil danmenengah maupun tambang gede se gede PT. Timah, Arutmin, KPC, INCO dan Freeportmeraup margin yang gak sedikit. Rata-rata margin proyek tambang mineral logamdan sedimen fosil maupun tambang golongan C bisa meraup 400 persen per sesiproduksi. Kotor tapi gak kotor-kotor amat, sekalipun kerjanya emang berlepotan lumpur dan masalahdalam arti yang sesungguhnya.
Dalam kenyataannya – seperti lagumelankolis – industry tambang disayang sekaligus dibenci. Disayang karena mampumendatangakan investasi asing dan membuka lapangan kerja lebih banyak, dan, pada saatyang sama sangat dibenci karena mengakibatkan lingkunga porak-poranda danmengabaikan masyarakat sekitar tambang. Bahkan ada proyek – kasuistik – yang rela“menggilas” masyarakat yang ada disekitarnya. Dalam kasus "anarkis terkutuk" ada perusahan tambangyang rela memperalatan aparat untuk menembaki masyarakat jika ada yang mendekat kedalam areal proyek.Apalagi jika sudah bicara gugat menggugat, diyakini pasti ada korban di pihakmasyarakat. Akhirnya masyarakat dalam pemberitaan yang tidak seimbangterposisikan sebagai krimnal dan pembuat onar.
Masalah ini bukan tidak ada solsusinya,sangat banyak malah, andai kearifan lokal diberdayakan, cerdik cendekiawan dikumpulkan dan diminta meberi rujukan penyelesaian - jangan ke DPR dong, salah. DPR gak mungkin bisa menyelesaikan negri ini, DPR hanya buat undang-undang SATGAS, itu cara buang duit yang canggih. Pendekatan yang memihakdan memahami kepentingan orang banyaklah yang bisa selesaikan carut marut Indonesia kini dengan paradigma positfisme, kadung rusak sih. Dan, lebih penting lagi menjauhi arogansi legal harus menjadi pakemnya. Mentang-mentang memilki izin dan pengesahan-pengesahan normatif maka semuanyaseenak udel. Akibatnya fatal bung seperti kini ! Contoh, keputusan mahkamah internasional atas tambang di Indoensia tegak mengangkang membuat kedaulatan negeri ini tergadaikan dan gak bisa ditebus. Siapa bilang gak bisa di gugat ? Coba orang macem So Hok Gie, Mungkin Bung Munir, -semoga damai dalam istirahatnya - atau kawan-kawan dari Papua dan banyak lagi yang anda tau mereka diberi ruang ngurusin, Freport boleh jadi hari ini bisa jadi andalan Indonesia.
Detail proyek tambang antara lain, soal pembebasan lahan, ketenagakerjaaan,share dan comdev sangat mudahdiatasi. Lho koq bisa?? Ya, seperti yangsudah diterapkan oleh beberapa perusahan yang dibangaun dengan dasar komunikasimassa yang baik – tak ada masalah dilapangan. Sayang perusahaan ini cenderung diem, mingkem entah apa sebab.
Tenaga kerja dapat dierima tanpa syaratmacam-macam, cukup KTP, lalu panggil dokter periksa sehat ato ngak agar bisa diatur penempatannya, yang bengek jangan kerja malan, yang dara tinggi hindari ketemu yang nyelimet dan banyak orang dan kebisingan, dan seterusnya. Tempatkan tenaga non skillpada porsinya dan bila perlu pekerjakan semua tenaga kerja yang tersedia dengansistim rolling dan aplus-an bisa menjamin tidak ada riaktenaga kerja selama proyek berlangsung. Rakyat bisa belajar dengan cepat dengan - natural mecanism - berbagi jam kerja dan kue kerja sungguh bisa mengembalikan jati diri manusia posisi normail, gak saling potong dan saling berkhianat demi uang yang kalo dihitung-hitung paling juga habis dibelanja dalam sebulan. Kembalikan berbagi itu pada posisi sama seperti ketka tetangga saya saban masak suka kirim kerumah meski hanya tempe, dan sorenya emak saya juga ngirim pisang yang belum digoreng karena gak ada minyak kelapa.
Demikian pula masalah pembebasan lahan,dalam prakteknya selalu kisruh dan sedikit berbahaya. Gimana gak bahaya, kan dicoba direkayasa untuk kepentingan oknum tertentu, jadilah ribut dan berujungpada investasi yang tidak aman. Padahal jika ingin sedikit legowo, hindari keinginan mengambil untung dari pembebasan lahandan hak-hak masyarakat yang sifatnya mendasar ini. Himbaun ini ditujukan buatpara manager diperusahan dan aparat dikecamatan dan desa. Perusahan yang sehattentu tidak akan mengabaikan masyarakat yang kooperatif, dengan catatan dana yang dikeluarkanefesien dan berdaya guna dan bisa direcord untuk keperluan laporan pajak. Gak lapor paja diuber lo !
Jadimenjual tanah air adalah sebuah pilihan yang rumit, mubah dan sedikit membuat muka merah karena tetap juga dijalani, karena negara tak mampu memberikan semua yang dibutuhkanmasyarakat, karena sebagian dari kita terdesak dapur berasap, dan bayak karena karena lagi.
Apakah tidak mungkin jika tambang diarahkan ke format baru? Sebutlah mining public atau semcamnya yang diakses langsung oleh rakyat. Pemerintah hanya menjadi fasilitator dan pembuat pengesahan-penngesahan formal untuk keperluan kerjasama kerjasama.Antara hulu dan hilir berdampingan di masyarakat. Dan, adilnya pada fase tertentu,pemerintah daerah dapat melakukan divestasi, yang tetap merujuk pada tujuanpemberdayaan.
Walah,seperti cerita film kartun anak-anak Bob The Builder, saya koq nyerocos saja.Kata teman saya, emang gampang ? Ya, Bob The Builder bilang, kami bisaselesaikan, ketika ditanya apa bisa melakukannya? Jangankan lakukan, selesaikanpun bisa.
Ya, sudahlah !